Minggu, 21 Februari 2010

5 artikel penalaran

5 Artikel Penalaran :

Artikel 1.
Kebanjiran, SMA 8 Jakarta Bakal Direlokasi
JAKARTA, KOMPAS.com - SMA Negeri 8 yang berlokasi di Bukitduri, Jakarta Selatan, akan direlokasi karena beberapa kali dilanda banjir. Dalam tiga tahun terakhir SMA unggulan itu beberapa kali didera luapan Sungai Ciliwung.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi mengatakan, lokasi baru SMA 8 berada di kompleks superblok Rasuna Epicentrum. Pihaknya sudah membicarakan rencana pemindahan sekolah itu dengan PT Bakrie Land Development, pengembang Rasuna Epicentrum.
"Tinggal menunggu persetujuan gubernur untuk pemindahan SMA 8. Kami berharap tahun depan pemindahan dapat dilakukan," kata Taufik.
Pembangunan gedung SMA 8 yang baru, kata Taufik, akan dibayar oleh pengembang, seba gai bagian fasilitas sosial yang harus diserahkan ke pemerintah. Karena tidak ada penggunaan dana APBD, pembangunan sekolah itu dapat berlangsung kapanpun, sesuai target Dinas Pendidikan.
Direktur PT Bakrie Land Development Wawan Dwi Guratno membenarkan ada rencana pemindahan SMA 8 ke kawasannya. Pihaknya juga sedang menunggu persetujuan gubernur agar dapat segera membangun gedung sekolah yang baru.
"Kami mengalokasikan lahan seluas 7.000 meter persegi untuk kompleks pendidikan, dari TK sampai SMA, termasuk SMA 8. Semua gedung sekolah itu akan kami bangun dan akan diserahkan ke Pemprov DKI sebagai kewajiban penyerahan fasilitas sosial dan fasilitas umum," kata Wawan.



Artikel 2.
Dua Modus Hampiri Kesimpulan Akhir Pansus
JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi muda dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Andi Rahmat menilai ada dua modus yang perlu diwaspadai menjelang kesimpulan akhir Panitia Khusus Angket Kasus Century yang terjadi sekarang ini. Modus-modus ini menghampiri semua partai politik yang masuk dalam pansus Century. Demikian dikatakan Andi di Dokoen Coffee bersama aktifis yang tergabung dalam Petisi 28, Minggu (21/2/2010).

"Ada dua hal yang perlu diwaspadai. Pertama jangan sebutkan nama. Siapapun yang diminta tidak menyebutkan nama ini sudah modus. Kedua, tidak mau memberikan pandangannya, sembunyi-sembunyi. Itu juga modus," ujar Andi memberi kriteria.

Bukan itu saja, sambung Andi, masih ada ciri-ciri turunannya jika modus ini dijalankan. Seperti apakah itu? Katanya, partai politik kalau dimintai pendapatnya menjelang pandangan atau kesimpulan akhir memberikan jawaban mengambang masuk dalam kategori yang perlu diwaspadai. "Jadi kalau partai politk yang jawabannya mengambang itu lagi melakukan lobi," ujarnya.

Dikatakan Andi, lobi memang lumrah dalam dunia politik. Di negara maju semisal Amerika dan Inggris, lobi diatur dalam undang-undang dan mereka terbuka kepada publik soal posisinya dalam lobi itu, apakah pro liberalisme atau pro lainnya.

Tapi tidak demikian di Indonesia di mana lobi dilakukan di belakang meja. Karena itu kalaupun ada lobi harus terbuka pada publik. Jika tersembunyi maka yang terjadi adalah distorsi. Ia mencontohkan lobi-lobi yang sekarang terjadi sebaliknya tidak ada kaitannya. Karena itu, katanya, "Mereka yang melakukan lobi di belakang pintu tidak bertanggungjawab. Seharusnya setelah melakukan lobi kasih ke media."

Terkait lobi yang menyatakan tidak boleh ada penyebutan nama-nama yang terlibat dalam kebijakan tersebut, menurut Andi, hal itu sudah tidak berlaku lagi sekarang ini. "Dan itu bukan jiwa seorang pemimpin. Karena menjadi pemimpin ya harus disebut namanya. Kalau pemimpin tidak berani disebut namanya bukan pemimpin. Era seperti itu sudah berakhir," pungkasnya.



Artikel 3.
Orangutan, Tuan yang Pilu di Rumah Sendiri.
KETAPANG, KOMPAS.com - Area rimba gambut di hulu Sungai Sentap, Ketapang, Kalimantan Barat itu, ternyata tak hanya habitat orangutan, tetapi juga diduga bekas permukiman kuno kisaran ratusan tahun silam, menyimpan kekayaan budaya tak ternilai.

Yan Sukanda seorang etnomusikolog dan pengamat lingkungan menuturkan, setahun lalu di lokasi tersebut hutan primernya masih sangat baik. Bentuknya berupa tanah 'pematang' yang membujur memanjang. Panjang bujuran pematang diperkirakan sekitar 5 kilometer, dan lebarnya sekira 500 meter. Pematang ini berada sepanjang hutan di tanah gambut.

"Di tengahnya ditemukan kumpulan pecahan keramik, seperti mangkok, piring, dan mungkin tempayan. Daerah ini mungkin pernah jadi tempat pemukiman ratusan tahun lalu," ujar Yan.

Pohon tengkawang dan pohon asam lembawang banyak ditemui, menjulang tinggi dengan kerimbunan alami. Dua jenis pohon itu lekat sekali dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pedalaman.

Tetapi, dua pekan lalu, ditemukan suasana yang telah berubah. Sejalur jumbo atau jalan as untuk proyek perkebunan sawit, telah melintangi area itu.

"Setahun lalu kami ke area itu, berjumpa induk orangutan muda. Belakangan, Pak Bosman (penggembala) yang tinggal di sekitar area memberitahu, orangutan itu kini sudah punya bayi. Sayangnya kami hanya menjumpai sarang mereka," tutur Yan yang mulai mengenal areal itu sejak 2003.

Setiap berkunjung ke hutan itu, Yan biasanya membawa serta beberapa murid, rekan-rekan pencinta alam, atau siapa pun yang punya kepedulian. Mereka membawa global positioning system (GPS) untuk menentukan titik koordinat hutan, maupun kamera video.

Dari pengamatan mereka, primata yang masih ada dan pernah ditemukan seperti orangutan (pongo pygmaeus), kelempiau (hylobates muelleri), bentangan (nasalis larvatus), kelasi, kera (macaca fascicularis), beruk, dan lutung.

Kini, lokasi itu dalam persiapan perkebunan kelapa sawit. Banyak warga masyarakat yang mulai berebut mengkapling tanahnya.

"Sebenarnya, tempat itu sangat damai. Aku dan teman-teman senang ke situ, bermalam di Camp Orut. Mengamati hewan primata terutama orangutan. Kami hanya volunteer yang melakukan pengamatan, mengampanyekan, dan menyerukan perlindungan lokasi itu," ujar Yan.

Untuk mendatangi tempat, mereka hanya bisa menggunakan sepeda motor. Saat hujan jalannya cukup licin.

Jika sedang tak beruntung, sosok orangutan hanya bisa terlihat samar di ketinggian pohon dan sela dedaunan rimbun. Sementara yang paling sering dijumpai yakni primate jenis kera, kelasi, dan lutung.



Artikel 4.
Anak – anak Papua Juga Memiliki Potensi
JAYAPURA, KOMPAS.com — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua dan PT Freeport Indonesia bekerja sama untuk menjaring potensi anak-anak Papua melalui kompetisi bertajuk "Menambang SDM Papua".

"'Menambang SDM Papua' merupakan program pemerintah daerah yang bertujuan menjaring dan menggali potensi anak-anak Papua di bidang sains," kata Gubernur Papua Barnabas Suebu setelah menandatangani surat keputusan kepanitiaan dengan pihak PT Freeport Indonesia.

Menurut dia, kompetisi tersebut bisa mendorong dan memotivasi anak-anak Papua untuk senantiasa belajar dan meningkatkan prestasi akademik mereka mulai di lingkungan sekolah masing-masing.

"Dengan kompetisi ini, potensi mereka akan semakin terasah sehingga akan terpilih anak-anak Papua dengan prestasi terbaik untuk selanjutnya berkompetisi di tingkat provinsi, kemudian nasional, bahkan internasional," ujar Gubernur Suebu.

Dia mengatakan, anak-anak Papua memiliki potensi kecerdasan di bidang ilmu pengetahuan yang cukup besar dan membanggakan. Hal itu terbukti dari upaya Profesor Yohanes Surya (fisikawan dan pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia) menemukan sejumlah anak-anak usia sekolah dasar di Kabupaten Tolikara yang memiliki potensi di bidang matematika.

Setelah mendapatkan pendidikan pelatihan dan bimbingan selama enam bulan, lanjut Gubernur Suebu, anak-anak yang mendiami daerah pegunungan Papua itu ternyata mampu menyelesaikan soal-soal matematika yang cukup rumit untuk usia mereka dalam waktu singkat.

"Jika terus diasah, kemampuan mereka akan terus meningkat dan akan lahir sumber daya manusia Papua yang berkualitas untuk membangun Papua pada masa yang akan datang," katanya.

Menambang SDM Papua tahun ini merupakan kegiatan yang kedua kali setelah penyelenggaraan tahun 2009.

Dalam kompetisi tersebut akan digelar olimpiade sains yang terdiri dari mata pelajaran matematika, fisika, kimia, dan biologi serta pidato bahasa Inggris untuk siswa tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

Seleksi dari setiap kompetisi itu akan dimulai dari tingkat kabupaten/kota hingga provinsi. Para siswa yang berhasil meraih posisi terbaik di tingkat provinsi akan mengikuti lomba serupa di tingkat nasional.

Untuk menyukseskan seluruh kegiatan tersebut, PT Freeport Indonesia ikut memberikan dukungan sebagai bentuk tanggung jawab bersama dalam membangun SDM Papua yang berkualitas.







Artikel 5.
RSUD dr.Soetomo Belajar Cangkok Hati ke Tiongkok
SURABAYA, KOMPAS.com - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo Surabaya mengirimkan sembilan dokter dan dua perawat ke China untuk belajar metode pencangkokan hati di Rumah Sakit Tianjin, Tiongkok.
"Metode pencangkokan hati ini membutuhkan teknologi tinggi sebagai salah satu upaya penanganan kanker hati yang saat ini sangat dibutuhkan," ujar Direktur Utama RSUD dr Soetomo, Slamet Yuwono Riyadi saat di konfirmasi di Surabaya, Minggu (21/2/2010).
Menurut Slamet, dengan permasalahan pasien kanker hati seringkali mendapatkan stigma vonis mati karena sulitnya penanganan pada penyakit ini. Dengan pelatihan pencangkokan hati ini, kata Slamet, diharapkan harapan hidup para pasien kanker hati semakin tinggi.
Perlu diketahui, di Jatim telah terdata sekitar 800 anak-anak penderita kanker hati. Sedangkan, meski belum terdata, untuk penderita dewasa diperkirakan lebih tinggi jumlahnya karena faktor penyebabnya lebih banyak, seperti merokok, minum alkohol, dan minum kopi secara berlebihan.
Karena itu, lanjuta dia, untuk mengatasi permasalahan ini, sembilan dokter dan dua perawat akan dikirimkan ke Rumah Sakit Tianjin, Cina untuk belajar tentang pencangkokan hati. "Mereka akan dipandu salah satu ahli pencangkokan hati, yaitu Prof Shen Zhongyang," katanya.
Selanjutnya, setibanya kembali di Indonesia mereka langsung mempraktikkan metode tersebut dalam operasi pencangkokan hati di RSUD dr Soetomo pada pasien kanker hati asal Trenggalek, Jawa Timur Ramdhan Aldil Saputra (3).
Rencananya, operasi akan dipimpin langsung Prof Shen Zhongyang. "Kalau bisa, kami upayakan operasi tak hanya untuk satu pasien saja, karena kedatangan ahli pencangkokan hati asal Tiongkok ini tak setiap waktu," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar